Minggu, 31 Juli 2011

 Beberapa bulan lalu kita semua bertanya-tanya dan berharap sesuatu yang baru akan hadir dalam social media. Banyak yang memprediksi sesuatu yang baru itu akan mengalahkan apa yang selama ini dibangun oleh Facebook.

Yup, yang dimaksud adalah Google+. Bahkan para pengamat hanya menemukan sejumlah kecil bugs dalam versi Google+ beta. Dan itu merupakan awal yang baik bagi Google untuk mulai berkompetisi di dunia social media.

Sebagai catatan, ada 20 juta user mendaftar akun Google+ hanya dalam waktu 3 minggu. Itu pastinya luar biasa jika dibanding Facebook yang membutuhkan waktu 3 tahun 2 bulan untuk meraih jumlah user yang sama. Namun itu adalah masa ‘bulan madu’ bagi Google+ yang telah berakhir. Google+ harus berbenah jika ingin benar-benar bersaing dengan Facebook.

1. Profile(s) not found


Perlu diketahui bahwa pada hari Jumat kemarin (22 Juli) Google melakukan pembersihan secara besar-besaran. Jangan kaget jika tiba-tiba Anda tidak menemukan akun dengan nama A atau B yang sebelumnya ada. Ini terkait dengan kebijakan Google+ yang ‘memaksa’ user untuk menggunakan nama asli.

Screenshot di atas adalah upaya untuk mencari nama Michael Arrington, yang telah memiliki akun Google+. Dia adalah pendiri situs gadget ternama, Techcrunch. Lalu bagaimana Google+ tidak mencantumkan nama itu sebagai Google+ profile? Saat Anda mengetik pada ‘search’ nama Michael Arrington muncul dalam pilihan, namun ketika Anda klik pada nama itu, Google+ menampilkan ‘Profile Not Found’.

Dalam beberapa kasus, seorang user harus membuktikan bahwa apa yang mereka tulis di profile harus benar-benar menjelaskan mereka sebenarnya melalui scan ID foto atau cara lain. Jika apa yang diminta Google+ itu tidak dipenuhi maka Google tidak hanya mematikan akun G+ mereka tapi benar-benar akan dihapus segala sesuatu yang ada dalam akun G+ itu. Anda yang menggunakan ponsel Android untuk Google+, WASPADALAH! Back up semua data Anda di lain tempat, selain Google.

- Apa yang seharusnya dilakukan Google?

Penghapusan akun secara besar-besaran bisa disebut sebagai bencana. Spam protection akan menjadi pilihan wajib, terutama bagi perusahaan seperti Google yang selalu bergantung pada data nyata dari orang-orang yang nyata. Namun menjadi ‘korban’ sebagai pihak yang dicurigai oleh Google dan baru bisa dinyatakan ‘nyata’ oleh Google dalam waktu 4 minggu adalah hal yang konyol dan seharusnya tidak terjadi.

Atau, seharusnya Google menandai saja akun-akun yang dicurigai oleh sistem sebagai profil ‘tidak nyata’. Misalnya, diperingatkan lewat email atau dengan pemberitahuan pada user lain untuk mengkonfirmasi apa yang bersangkutan merupakan profil nyata atau bukan. Setidaknya itu ‘lebih sopan’ daripada langsung menghapus dan menonaktifkan sebuah akun Google+ dan tidak muncul dalam pencarian.

Satu lagi, jika akun G+tidak aktif dalam 30 hari Google juga akan langsung menghapusnya (doh!). Google seharusnya memiliki ‘spambuster’ untuk user yang melaporkan bahwa akun mereka telah terhapus. Dengan begitu seseorang bisa melaporkan apakah sebuah akun adalah spam atau bukan, dan Google bisa memeberikan sebuah badge sebagai tanda terima kasih karena pelaporan itu.

2. Business Page sama sekali belum siap

Google melalui Google+ benar-benar belum siap terjun ke dunia bisnis social media. Sebagai sebuah business page, hal utama yang harus dimiiki adalah ‘persiapan’. Sama seperti banyak akun yang terhapus, business page juga mengalami hal serupa. Dua minggu lalu penghapusan besar-besaran itu terjadi dan menyebabkan sejumlah orang mengurungkan niat untuk membuat business page di Google+ menggunakan nama usaha. Namun kemudian Google approve beberapa pages yang sebelumnya berhasil dibuat di business page versi beta.

Itu adalah bentuk inkonsistensi dari Google+. Sangat merugikan ketika beberapa nama usaha harus dihapus dari Google+ business page sementara yang lain tidak mengalami masalah meskipun bertentangan dengan aturan Google+. Tampaknya Google pilih-pilih dalam approve business page. Sementara perusahaan-perusahaan besar bisa dengan tenang berada di Google+, perusahaan kecil yang sedang memulai promosi produknya harus terhapus dari Google+. Dan sampai hari ini, tidak ada kepastian akan dibawa kemana business page milik Google+ nantinya akan diarahkan.

- Apa yang seharusnya dilakukan Google?

Hal seperti itu seharusnya telah bisa diatasi dengan cepat dan mudah. Yang harus dilakukan adalah dengan membuat sebuah halaman berisi pengumuman di plus.google.com/business. Page itu harus memberitahu secara jelas dan rinci bahwa business page tidak bisa dibuat menggunakan profile, atau akan dihapus. Dengan tambahan seperti ini:’ Namun jika Anda tertarik membuat akun business di Google+, silakan ikuti langkah-langkah ini:

1. Buatlah akun Google+ pribadi dengan nama dan informasi asli.
2. Isilah form ini dengan nama bisnis Anda, alamat, website URL, dan posisi Anda di perusahaan itu saat ini.
3. Jika bisnis Anda telah diverifikasi dalam Google Places, harap sertakan alamat email yang digunakan untuk verifikasi itu. Kami akan mengirimkan email account yang menghubungkan Anda ke Google + profile email.
4. Jika bisnis Anda tidak diverifikasi pada Google Places atau tidak memiliki alamat nyata, silakan mengisi formulir ini [link] dan jelaskan pada kami tentang bisnis Anda. Ada pilihan verifikasi di formulir tersebut.
5. Silakan tunggu dan dan nikmatilah Google+ sebagai seorang user. nanti saat kami rilis Google + for Business, kami akan mengirimkan instruksi lebih lanjut.

Selasa, 26 Juli 2011

Memilih ROM Android dan prosedur instalasinya

Perkembangan OS Android yang semakin membesar, terkadang dapat memunculkan kebingungan tersendiri pada saat kita akan memilih ROM atau operating system yang sesuai dengan device smartphone kita, karena begitu banyaknya pilihan ROM yang dikembangkan, dan masing-masing ROM terkadang mempunyai cara instalasi atau flashing yang berbeda pula. Belum lagi kita dipusingkan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing ROM, yang mau tidak mau mengharuskan kita untuk mencobanya, agar kita bisa mengetahui kelebihan atau kekurangan tadi secara langsung.
Secara umum ada 2 macam ROM yang dapat kita install pada device android kita, yaitu :
  1. ROM yang filenya berbentuk *.nbO, untuk ROM ini maka instalasinya atau flashingnya menggunakan metode RUT/SUT
  2. ROM yang filenya berbentuk *.ZIP, untuk ROM ini instalasinya atau flashingnya menggunakan metode STAND ALONE
Metode RUT/SUT adalah flashing dengan dengan menggunakan koneksi kabel data menuju komputer . RUT digunakan untuk windows berbasis 32bit dan SUT digunakan pada windows berbasis 64bit. Jika menggunakan metode ini yang harus diperhatikan adalah driver yang terinstall ketika handphone dikoneksikan dengan komputer. Kegagalan flash menggunakan metode ini seringkali sulitnya komputer mendeteksi driver secara benar. Setiap upgrade ROM bisa saja tidak sama driver yang digunakan untuk flashing pada sebelumnya.
Metode Stand alone adalah cara flashing menggunakan Micro SDCard secara langsung, dimana file ROM yang akan diflash disimpan di SDcard dan di flash pada Recovery Mode tanpa membutuhkan koneksi ke komputer.
Dari dua pilihan metode flash diatas, saya sarankan menggunakan metode stand alone, karena resiko kegagalan relatif lebih kecil, mengingat proses flashing dilakukan di HP, tidak di komputer/laptop.

Sabtu, 23 Juli 2011

PANTAI DEPOK - Menikmati Hidangan Ikan Laut Segar

DepokDi antara pantai-pantai lain di wilayah Bantul, Pantai Depok-lah yang tampak paling dirancang menjadi pusat wisata kuliner menikmati sea food. Di pantai ini, tersedia sejumlah warung makan tradisional yang menjajakan sea food, berderet tak jauh dari bibir pantai. Beberapa warung makan bahkan sengaja dirancang menghadap ke selatan, jadi sambil menikmati hidangan laut, anda bisa melihat pemandangan laut lepas dengan ombaknya yang besar.
PANTAI DEPOK
Nuansa khas warung makan pesisir dan aktivitas nelayan Pantai Depok telah berkembang sejak 10 tahun lalu. Menurut cerita, sekitar tahun 1997, beberapa nelayan yang berasal dari Cilacap menemukan tempat pendaratan yang memadai di Pantai Depok. Para nelayan itu membawa hasil tangkapan yang cukup banyak sehingga menggugah warga Pantai Depok yang umumnya berprofesi sebagai petani lahan pasir untuk ikut menangkap ikan.
PANTAI DEPOK
Sejumlah warga pantai pun mulai menjadi "tekong", istilah lokal untuk menyebut pencari ikan. Para tekong melaut dengan bermodal perahu bermotor yang dilengkapi cadik. Kegiatan menangkap ikan dilakukan hampir sepanjang tahun, kecuali pada hari-hari tertentu yang dianggap keramat, yaitu Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Di luar musim paceklik ikan yang berlangsung antara bulan Juni - September, jumlah hasil tangkapan cukup lumayan.
Karena jumlah tangkapan yang cukup besar, maka warga setempat pun membuka Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang kemudian dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) bernama Mina Bahari 45. Tempat pelelangan ikan di pantai ini bahkan menerima setoran ikan yang ditangkap oleh nelayan di pantai-pantai lain. Saat YogYES berkunjung, tempat pelelangan ini tengah ramai dikunjungi oleh para wisatawan.
PANTAI DEPOK
Seiring makin banyaknya pengunjung pantai yang berjarak 1,5 kilometer dari Parangtritis ini, maka dibukalah warung makan-warung makan sea food. Umumnya, warung makan yang berdiri di pantai ini menawarkan nuansa tradisional. Bangunan warung makan tampak sederhana dengan atap limasan, sementara tempat duduk dirancang lesehan menggunakan tikar dan meja-meja kecil. Meski sederhana, warung makan tampak bersih dan nyaman.
PANTAI DEPOK
Beragam hidangan sea food bisa dicicipi. Hidangan ikan yang paling populer dan murah adalah ikan cakalang, seharga Rp 8.000,00 per kilogram, setara dengan 5 - 6 ekor ikan. Jenis ikan lain yang bisa dinikmati adalah kakap putih dan kakap merah dengan kisaran harga Rp 17.000,00 - Rp 25.000,00 per kilogram. Jenis ikan yang harganya cukup mahal adalah bawal, seharga Rp 27.000,00 - Rp 60.000 per kilogram. Selain ikan, ada juga kepiting, udang dan cumi-cumi.
Hidangan sea food biasanya dimasak dengan dibakar atau digoreng. Jika ingin memesannya, anda bisa menuju tempat pelelangan ikan untuk memesan ikan atau tangkapan laut yang lain. Setelah itu, anda biasanya akan diantar menuju salah satu warung makan yang ada di pantai itu oleh salah seorang warga. Tak perlu khawatir akan harga mahal, setengah kilo ikan cakalang plus minuman seperti yang YogYES cicipi, hanya dijual Rp 22.000,00 termasuk jasa memasak.

Puas menikmati hidangan sea food, anda bisa keluar pantai dan berbelok ke kanan menuju arah Parangkusumo dan Parangtritis. Di sana, anda akan menjumpai pemandangan alam yang langka dan menakjubkan, yaitu gumuk pasir. Gumuk pasir yang ada di pantai ini adalah satu-satunya di kawasan Asia Tenggara dan merupakan suatu fenomena yang jarang dijumpai di wilayah tropis. Di sini, anda bisa menikmati hamparan pasir luas, bagai di sebuah gurun.
Gumuk pasir yang terdapat di dekat Pantai Depok terbentuk selama ribuan tahun lewat proses yang cukup unik. Dahulu, ada beragam tipe yang terbentuk, yaitu barchan dunecomb duneparabolic dune dan longitudinal dune. Saat ini hanya beberapa saja yang tedapat, yaitu barchan dan longitudinal. Angin laut dan bukit terjal di sebelah timur menerbangkan pasir hasil aktivitas Merapi yang terendap di dekat sungai menuju daratan, membentuk bukit pasir atau gumuk.
Untuk menikmati hidangan laut sekaligus pemandangan gumuk pasir ini, anda bisa melalui rute yang sama dengan Parangtritis dari Yogyakarta. Setelah sampai di dekat pos retribusi Parangtritis, anda bisa berbelok ke kanan menuju Pantai Depok. Biaya masuk menuju Pantai Depok hanya Rp 4.000,00 untuk dua orang dan satu motor. Bila membawa mobil, anda dikenai biaya Rp 5.000,00 plus biaya perorangan.

PANTAI DEPOK

Selasa, 19 Juli 2011

Handphone yang Diperkirakan Akan Turun Harga Jika SGS II Dirilis


 Samsung Galaxy S II akan dirilis di Indonesia tepatnya pada tanggal 23 Juli nanti. Nah, kira-kira harga handphone apa yang akan terancam penjualannya dan turun harga jika Samsung merilis Galaxy S II seharga Rp.5.499.000?

Dibawah ini adalah handphone yang diperkirakan akan terancam penjualannya dan turun harga jika SGS II keluar dipasaran nantinya.

Sony Ericsson XPERIA Arc


Handphone yang pada awalnya dijual kepasaran Indonesia seharga Rp.5.500.000 kini naik harganya menjadi Rp.5.800.000 karena alasan kelangkaan stok. Tidak dapat dipungkiri, desain XPERIA Arc memang bagus dan tidak meniru-niru desain produk lainnya, namun spesifikasi handphone ini tidak lebih baik dari LG Optimus 2X yang dibanderol seharga Rp.4.500.000 saat ini, apalagi dengan Samsung Galaxy S II. Prosesor yang digunakan masih 1 Ghz single core dan layarnya pun kalah dengan layar LG Optimus 2X. Banderol harga Rp.5.800.000 jelas sangat overprice sekali.

Nokia E7

Nokia E7 memang flaghsip Nokia, namun kemampuannya tidak sebanding dengan 'Julukannya' yang disebut-sebut sebagai Nokia Communicator. Handphone seharga Rp.5.250.000 ini tidak sebanding bila dibandingkan dengan SGS II. Jika dilihat dari performa, E7 masih menggunakan prosesor 680 Mhz yang tidak sampai setengahnya prosesor dual core exynos 1.2 Ghz milik SGS II. Handphone ini juga overprice.

Google Nexus S

Smartphone besutan Samsung ini dibanderol seharga Rp.4.999.000 dan masih menggunakan prosesor 1 Ghz single core. Untuk layar dan prosesor, jelas handphone ini kalah dengan SGS II. Bekal kamera yang hanya 5 megapiksel juga tidak mampu mengalahkan SGS II yang dibekali dengan kamera beresolusi 8 megapiksel.

BlackBerry 9800 Torch
Flasgship smartphone RIM ini dijual seharga Rp.4.999.000 dan masih menggunakan prosesor 624 Mhz. Selain fungsi messenger yang dapat diandalkan, tidak ada lagi kelebihan handphone ini bila dibandingkan dengan SGS II. Layar, kamera, prosesor, performa, tidak lebih baik dari SGS II, dan terlebih lagi harganya overprice.

HTC Sensation

Brand HTC tidak terlalu dikenal imagenya di Indonesia walaupun handphone-handphone keluaran HTC adalah handphone yang berkualitas. HTC Sensation saat ini dibanderol seharga Rp.5.500.000 dan diperkirakan akan turun harga jika SGS II keluar, untuk performa handphone ini sebelas-duabelas dengan SGS II, namun untuk masalah layar SGS II lebih unggul darinya.

iPhone 4

Inilah musuh abadi Samsung Galaxy S Series, walaupun secara harga iPhone 4 tidak akan turun jika SGS II dijual pada tanggal 23 nanti, namun penjualan iPhone 4 akan cukup terancam di Indonesia. Beruntung handphone besutan Apple ini punya branding yang baik dan tidak akan ditinggalkan begitu saja oleh para Apple Fan Boy-nya. Namun bagi orang yang belum pernah menggunakannya dan sedang memilih untuk membeli SGS II atau iPhone 4, kemungkinan besar mereka akan memilih SGS II karena SGS II adalah produk baru sedangkan iPhone 4 adalah produk tahun lalu. Selain itu harga SGS II juga lebih terjangkau dari harga iPhone 4.(TeknoUp)

Sabtu, 16 Juli 2011

Teknologi Delta Qualstone Part 2

Teknologi Delta Qualstone (TDQ)

Sebagai Tukang, Pernah tidak rekan-rekan memikirkan teknologi pembangunan candi yang membuat terheran-herannya orang barat? Diantara kehebatannya adalah:
  • Sistem drainase hebat, sehingga tidak menimbulkan genangan sewaktu turun hujan.
  • Tahan gempa. Lihat aja candi-candi telah mewati usia begitu lama, begitu banyak peristiwa, gangguan manusia, alam maupun hewan. Namun sampai sekarang tetap berdiri megah.







Saat ini telah ditemukan teknologi mutakhir yang bisa mengantisipasi hal ini. Temuan ini diberi nama Teknologi Delta Qualstone S.K.125. Karya putra terbaik bangsa ini telah diuji di Balai Besar Pengujian Barang dan Bahan Teknik (B4T) Bandung, terdaftar di Business Technology Center - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BTC-BPPT), serta telah memiliki sertifikat Hak Paten.

Teknologi Delta Qualstone

  1. Bahannya beton cor.
  2. Elastis dan bisa menahan gempa.
  3. Sangat kuat.
  4. Penggunaannya tidak membutuhkan perekat, tinggal menumpuk saja.
  5. Setelah terpasang tinggal plester.
  6. Bentuknya unik, beban akan terdistribusi dengan sempurna.
  7. Tulangan hanya untuk beberapa tipe penyangga (misal u/ balok dan kolom) dan beberapa tipe pengembangan.

Teknologi Delta Qualstone Toleransi gempa hingga 9 skala richter

Mengapa Teknologi Delta qualstone S.K.125 disebut-sebut sebagai teknologi yang bisa beradaptasi pada getaran gempa hingga 9 skala richter? Menurut penemunya, beton cetak produk teknologi ini per piece-nya memiliki berat ± 3,85 kg dan kuat tekan 125 kg/cm³. Jadi bila dibandingkan dengan produk bahan bangunan sejenis semisal batubata merah dan batako, bahan bangunan ini memiliki kekuatan tekan sangat tinggi. Keunggulan teknis lainnya, produk teknologi ini apabila telah tersusun akan menciptakan beban nol atau seimbang menjadi merata. Dari hasil riset sementara ini, bangunan dari bahan beton ini juga memiliki kemampuan untuk bertahan dari guncangan gempa karena di antara ikatan (pertemuan batu) satu sama lain memiliki toleransi ± 2 mm yang memang disiapkan sebagai antisipasi terhadap getaran. Bagi daerah-daerah jauh dari pusat (episentrum) gempa, dapat menggunakan beton standar K.125. Namun untuk daerah-daerah rawan gempa, pemilik lisensi menganjurkan menggunakan K.225 ke atas.



 

Kekurangan Teknologi Delta Qualstone

Namun sayang, aset sangat berharga ini belum dilirik secara serius oleh pemerintah sehingga sampai saat ini untuk mewujudkan bangunan rumah contoh masih terkendala persoalan dana. Promosi mode on... (kan karya anak bangsa) Buat yang pengen melihat videonya, sudah ada di youtube: Teknologi Delta Qualstone
Semoga kelak korban gempa yang melanda negeri ini dapat diminimalisir baik korban jiwa maupun materiil. 

TEKNOLOGI YG DIPAKAI DI JSS (JEMMBATAN SELAT SUNDA)

Teknologi Delta Qualstone


Saatnya Teknologi Kita Bicara


Pernahkah Anda bayangkan bagaimana Nabi Ibrahim AS membangun Ka’bah? Sebuah bangunan paling monumental penyedot devisa terbesar di dunia. Demikian pula bangunan Candi Sewu yang konon dibangun dalam satu malam…?

Di negara kita, mewujudkan dua “keajaiban” di atas, saat ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Saat ini telah hadir sebuah teknologi mutakhir di bidang fisik konstruksi yang mampu membangun rumah tipe 36 plus, dalam hitungan 2-4 jam. Temuan ini adalah Teknologi Delta Qualstone buah karya putra terbaik bangsa dari hasil penelitian dan riset lebih dari 20 tahun.

Teknologi ini telah didaftarkan pada Departemen Kehakiman, Ditjen HAKI dan HAM dengan nomor Paten: S00.2002.00127, Desain: A00.2002.01748, dan Merek: D00.2002.18573-18783.
Teknologi yang dikembangkan dengan sistem waralaba (franchise) ini merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Aset bangsa yang digali dari sumberdaya alam (SDA) yang melimpah dan tersedia di belahan dunia manapun (batu, koral, semen).

Apabila mendapat perhatian dari pemerintah temuan teknologi ini akan mampu mengangkat martabat bangsa dengan menterjemahkan arti kata Indonesia sebagai negeri “Untaian Zamrud Khatulistiwa”. Kata-kata yang sering kita dengar di penghujung kantuk kita.

Delta Qualstone, Batu Beton Cetak
Berstandar Minimal K.125
Multifungsi, Bermutu dan Ekonomis
Nomorsatu di Dunia.


Diciptakan untuk segala jenis bangunan: dinding, saluran irigasi, jalan, talud/turap (penahan tanah), kolom dan lantai jembatan, pagar, pelabuhan peti kemas bahkan landasan pesawat terbang dsb.

Dicetak dari bahan dasar batu koral, pasir dan semen dengan sistem saling mengunci (mengikat) satu sama lain sehingga pemasangannya tanpa menggunakan adugan perekat (semen).

Sebagai inovasi di bidang fisik konstruksi, Teknologi Delta Qualstone saat ini paling unggul di dunia karena sangat kuat, tahan api, pemasangan cepat, knockdown, mampu beradaptasi terhadap getaran gempa hingga 7-9 skala richter. Dengan harga yang relatif murah dan ramah lingkungan teknologi ini juga sangat cocok untuk daerah rawan gempa dan rawa-rawa.

Teknologi Delta Qualstone dirancang sebagai solusi untuk menggantikan komponen bahan bangunan lainnya seperti batu kali, batubata, batako, conblock, pavingblock, seng, genteng, asbes dll.


Atasi Krisis Bangun Industri Teknologi Delta Qualstone

Temuan Teknologi Delta Qualstone dapat menjadi solusi mengatasi krisi multi-dimensi. Menyiapkan lapangan pekerjaan bagi jutaan penganggur, mengentaskan kemiskinan, menyelamatkan lingkungan, menjamin kualitas bangunan, bahkan penjualan lisensi ke luar negeri dapat membayar hutang negara Indonesia yang mencapai lebih dari Rp. 1.000,- trilyun. Masya ampun!









Jumat, 15 Juli 2011

JSS ( Jembatan Selat Sunda) part 2

sudah banyak beredar kabar tentang akan dibangunnya jembatan yang menghubungkan Jawa dan Sumatera melintasi selat Sunda (lihat peta berikut).

Bagi yang belum tahu tentang kabar tersebut, dipersilahkan menengok halaman-halaman web berikut :
Kita tidak tahu, itu berita latah sebagai sarana untuk menggembosipermasalahan kemacetan transportasi di sekitar pelabuhan Merak-Bakahune yang selalu memuncak menjelang bulan Ramadhan, atau memang benar-benar akan direalisasikan. Kalau hanya sekedar memberi harapan (agar berkesan tidak tinggal diam terhadap masalah tersebut), wah gawat itu. Mimpi tinggal mimpi.
Ok. Kita harus selalu berpikir positip. Siapa tahu dari mimpi-mimpi tersebut akan bermunculan ide-ide sedemikian sehingga bangsa ini sepakat untuk mewujudkan jembatan tersebut. Juga kita perlu mendukung senior kita, Prof. Wiratman Wangsadinata dan juga Dr. Jodi Firmansyah yang telah berihtiar menanggapi mimpi tersebut dengan mengajukan usulan-usulan jembatan untuk dipertimbangkan dan dikaji, siapa tahu dapat menjadi realita.
Meskipun cukup banyak berita beredar di internet, tetapi detail perwujudan jembatan yang dimaksud tidak gampang dicari. Kebetulan mas Robby Permata mempunyai data artikel teknik tentang hal tersebut yaitu makalah Prof.Wiratman Wangsadinata (1997) dan Dr.Ir. Jodi Firmansyah (2003), yang kebetulan kesemuanya adalah engineer-engineer alumni ITB .
Yah untuk bidang struktur, teman-teman kita di ITB cukup menonjol, moga-moga teman di perguruan tinggi yang lain terpacu dan tidak kalah. Memang harus ada yang berani memulai.
Dari dua usulan yang ada,  menarik untuk dibahas karena biaya keduanya berbeda sangat besar. Prof. Wiratman memperkirakan perlu biaya sekitar US$ 7 Billion  (atau Rp 16.7 Trilliun, waktu itu tahun 1997 sebelum krisis atau sekarang sekitar Rp 60 – 70 Trilliun). Sedangkan Dr. Jodi memperkirakan  Rp. 30 Trilliun tahun 2003.  Beda khan !
Kenapa itu terjadi ?
Sebagai engineer, tentu kita tertarik untuk mengetahui latar belakangnya.
Prof. Wiratman Wangsadinata mencoba mendekati berdasarkan kaca mata inovator, mencari penyelesaian yang orisinil, sesuatu yang baru. Beliau beranjak dari state of the art perkembangan terbaru jembatan bentang panjang di dunia ini, bahkan ide beliau bisa menjadikan jembatan selat Sunda ini masuk dalam golongan jembatan terpanjang yang ada di dunia.
Catatan : dalam makalahnya tahun 1997 beliau membandingkan usulan jembatannya dengan jembatan Messina di Itali yang waktu itu memang sedang dalam tahap desain. Kenyataannya, jembatan Messini telah dibatalkan pelaksanaannya pada tahun 2006. Jadi jika jembatan kita jadi dilaksanakan maka akan jadi jembatan bentang terpanjang pertama di dunia. :D
Untuk berani mengusulkan sesuatu dari sisi seperti itu, rasanya tidak mudah. Mungkin bisa aja sembarang orang menelorkan ide hebat, tapi apakah orang lain kemudian percaya. Wah tidak mudah itu. Ya, tapi itu bagi orang biasa, bagi yang ‘tidak biasa’ alias istimewa seperti halnya Prof. Wiratman maka hal tersebut wajar-wajar saja. Reputasi beliau rasanya tidak terbantahkan. Seperti apa ? Itu yang perlu kita ulas nanti.
Dr. Jodi Firmansyah mencoba mendekati berdasarkan kaca mata praktisi, yang umum, yang biasa dikerjakan berdasarkan pengalaman lapangan.
Apakah ini yang disebut membumi ?
Saya kira itu wajar-wajar saja, beliau cukup banyak pengalaman mengenai pelaksanaan jembatan panjang. Nama beliau saya dengar pertama kali disebutkan oleh kontraktor L&M Indonesia, yaitu sekitar tahun 1996-1997 dimana waktu itu saya banyak terlibat dengan kontraktor tersebut saat membangun silo-silo pabrik semen Kujang di Citeureup, di utara pabrik Semen Tigaroda. Sekarang kedua merk semen tersebut sudah hilang dan menjadi merk asing. Jika pada tahun tersebut saja sudah dikenal oleh praktisi jembatan, maka tentunya saat ini sudah sangat banyak yang beliau tangani. Untuk detailnya saya kira mas Robby bisa menjelaskan.
Pak Jodi mencoba meyakinkan, bahwa masalah dalam pembangunan tersebut adalah pelaksanaan pilar jembatan pada laut dalam, dan hal tersebut teknologinya sudah ada. Sisi lain beliau menekankan bahwa sebaiknya pelaksanaan jembatan selat Sunda memakai teknologi yang sudah dikuasai oleh bangsa ini, khususnya yang berkaitan dengan bentang jembatan yang memang beliau sudah sering kerjakan. Wah cinta negeri nih.
Oleh karena itu, jembatan yang diusulkan Dr. Jodi terdiri dari beberapa bentang jembatan yang relatif lebih pendek dibanding usulan Prof . Wiratman. Jadi bentangnya sendiri tidak menjadi suatu permasalahan karena sudah pernah dilaksanakan sebelumnya (berpengalaman) , tetapi itu semua memerlukan pembangunan pilar-pilar jembatan di atas laut dalamIni masalahnya !:(
Tapi apa benar kita sudah menguasai teknologi yang dimaksud, karena jelas lokasi dan kondisi jembatan yang akan dibangun di atas selat Sunda adalah istimewa dari sisi engineering. Tidak hanya dari segi bentang atau panjang jembatan yang akan dibangun, tetapi dalam hal ini beberapa aspek utama yang perlu diperhatikan :
  • merupakan wilayah gempa yang cukup ngegirisi di Indonesia
  • angin yang kencang, pertemuan laut terbuka (samudera Hindia) dan laut tertutup (laut Jawa)
  • arus laut yang kencang
  • karena merupakan tempat lalu lintas kapal maka tentu diperlukan ketinggian jembatan yang cukup istimewa
Daerah sekitar Selat Sunda dari sudut geologi merupakan daerah yang labil. Salah satu kunci untuk memahami proses deformasi kerak bumi yang terjadi dilokasi ini adalah dengan cara mengamati dan mempelajari mekanisme sesar Sumatera, khususnya pada segmen sesar Semangko. Adanya gunung Krakatau di Selat Sunda juga erat hubungannya
dengan sesar ini. Sesar Sumatera ini memanjang dari Aceh sampai ke Selat Sunda.
Untuk mengetahui ngegirisi atau tidaknya lokasi tersebut terhadap resiko gempa, maka ada baiknya untuk mengintip terlebih dahulu catatan gempa yang pernah terjadi sejak tahun 1897 – 2001.
catatan magnitude gempa
Peta Gempa berdasarkan Magnitude Gempa (Jodi 2003)
Berdasarkan data tersebut, gempa terbesar di daerah Selat Sunda yang pernah terjadi di sekitar lokasi proyek tidak melebihi Mw = 7 dengan kedalaman menengah.
Kecuali magnitude maka dapat dilihat juga kedalaman sumber gempa yang terjadi. Seperti diketahui bahwa meskipun secara horizontal dekat tetapi kalau sumber gempa jauh didasar bumi maka pengaruhnya relatif kecil.
catatan gempa berdasarkan kedalaman
Peta Gempa Berdasarkan Kedalaman Gempa (Jodi 2003)
Strategi yang diusulkan Prof. Wiratman
Berkaitan dengan hal tersebut, prof Wiratman mencoba mendekati dari sisi teknologi yang mempunyai kemampuan untuk mengatasi gempa dan angin, yang merupakan dua faktor paling dominan yang perlu mendapat perhatian dari yang lain-lain.
Mengenai letusan gunung Anak Krakatau tidak disinggung terlalu detail, tetapi dalam makalah pak Jodi disebutkan bahwa hal tersebut bukan merupakan hal yang signifikan karena untuk mendapatkan letusan dahyat, seperti ratusan tahun yang lalu, maka diperlukan periode ulang yang lama sekali (ratusan tahun juga). Jadi pengaruhnya saat ini hanya pada gempa vulkanik saja, dan itu sudah dicover dalam penjelasan prof. Wiratman.
Untuk mengatasi gempa maka strategi prof Wiratman cukup menarik, sepeti diketahui besarnya gaya gempa pada suatu struktur dipengaruhi oleh dua hal yaitu massa dan kekakuan struktur. Semakin kecil massa bangunan dan semakin lentur suatu struktur maka gaya gempa yang diterima struktur tersebut akan semakin kecil. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kekakuan dan massa yang relatif kecil maka digunakan sistem jembatan gantung dari baja. Jembatan gantung diusahakan mempunyai bentang yang panjang, semakin panjang maka kekakuan struktur semakin kecil.
Bagi orang awam mungkin penjelasan di atas agak membingungkan, tetapi hal tersebut memang sudah terbukti yaitu sewaktu di California terlanda gempa Northridge sekitar tahun 1994 waktu itu banyak jembatan bentang pendek dari beton prategang ambrol sedangkan jembatan Golden Gate di San Fransisco tidak terpengaruh sama sekali.
Untuk gempa ok, tetapi perlu diingat bahwa efek angin adalah kebalikannya dari gempa. Jadi semakin lentur dan massanya kecil maka pengaruh angin semakin besar. Berkaitan dengan hal tersebut Prof. Wiratman menyandarkan pada teknologi jembatan gantung terkini yang disebutkan sebagai teknologi generasi ketiga.
Sebelum menjelaskan mengenai teknologi jembatan gantung maka ada baiknya membahas terlebih dahulu sejarah jembatan gantung.
Ternyata, bertambahnya bentang suatu jembatan gantung itu ditentukan oleh teknologi dibelakangnya. Seperti diketahui material tarik struktur yang pertama kali adalah besi, sehingga mula-mula sekali jembatan gantung batang tariknya memakai material besi yang berupa rantai (iron chain) . Adanya teknologi yang mendukung maka dimulai pembuatan jembatan bentang panjang , itu dimulai di Inggris seperti terlihat pada jembatan Bristol berikut.
Jembatan Gantung Bristol, England
Jembatan gantung di Bristol, England
Selanjutnya dengan berkembangnya material tarik berupa galvanized steel strand 1770 MPa yang berat satuannya 0.076 MN/M3 maka jembatan bentang lebih panjang mulai, yaitu dengan dibangunnya jembatan gantung sungai Menai di UK tahun 1826 dengan bentang 177 m .
Jembatan Gantung S. Menai di UK
Jembatan gantung di sungai Menai di United Kingdom
Sejak itu dimulailah era jembatan bentang panjang, tahun 1883 dibangun Jembatan Brooklyn 486 m di USA, kemudian tahun 1937 Jembatan Golden Gate di San Fransiso USA.
Jadi intinya bahwa suatu jembatan bentang besar dapat dibangun jika teknologi pendukungnya memungkinkan.
Berdasarkan teknologi jembatan gantung maka perkembangannya dapat disarikan dalam tiga generasi, yaitu :
**Teknologi Generasi Pertama**
Generasi pertama merupakan jembatan gantung konvensional dan klasik dengan bentang beberapa ratus meter. Beban yang dominan adalah gravitasi, sedangkan beban angin tidak signifikan.  Kekakuan geometrik kabel tidak terlalu besar sehinga perlu deck jembatan yang cukup berat dan kaku yang umumnya berupastiffening truss girder. Jembatan yang dimaksud adalah jembatan Golden Gate (1937)  bentang 1280 m, yang memerlukan deck ketinggian 7.6 m.

Golden Gate Bridge L=1280 m di San Fransico
Juga jembatan Verrazano Narrow Bridge (1964) di kota New-Yourk, dengan bentang 1298 m, dan mempunyai ketinggian deck 7.3 m.

Verrazano Narrow Bridge (1964) L=1298 m, New York
Perilaku seismik pada jembatan karena pilon dan deck-nya kaku cukup terpengaruh, jembatan akan mengalami gaya gempa yang cukup besar.
Menggunakan konsep teknologi seperti itu jika bentang ditingkatkan akan kesulitan karena berat sendiri deck semakin besar sedangkan sumbangannya terhadap kekakuan secara keseluruhan tidak signifikan. Ketinggian deck agar kekakuannya cukup besar menyebabkan gaya drag angin bertambah sehingga tidak bisa lagi diatasi oleh kekakuan deck itu sendiri, tetapi harus dibantu oleh hanger, yang selanjutnya ke kabel dan akhirnya berujung ke ujung pilon. Semuanya itu menambah dimensi hanger, kabel utama dan pilon berarti jembatan semakin besar.
Bertambah besarnya pengaruh angin akan meningkatkan pula fenomenabuffetingvortex shedding dan flutter. Konfigurasi deck yang terdiri daristiffening truss girder tidak dapat menghasilkan kekakuan torsi yang mencukupi oleh karena itu sensitif terhadap terjadinya flutter artinya tidak tahan terhadap suatu kecepatan angin tertentu (atau terbatas).
Vortex shedding adalah fenomena yang menyebabkan gerakan pada arah tegak lurus arah angin. Jika kecepatan angin kritis dari struktur terlampaui maka dapat timbul resonansi.
Vortex Shedding
Fenomena Vortex shedding
Flutter adalah vibrasi yang timbul dengan sendirinya akibat adanya permukaan yang melengkung akibat beban aerodinamis. Akibat permukaan yang melengkung, beban aerodinamis berkurang, sehingga permukaan kembali ke bentuk semula. Karena permukaan kembali kebentuk semula maka jika masih ada angin akan timbul gaya aerodinamis yang mengakibatkan melengkung kembali. Kondisi tersebut berulang-ulang sebagai suatu vibrasi.
Oleh karena itulah mengapa generasi jembatan gantung yang pertama tidak pernah mencapai bentang lebih dari 2000 m. Batas itu ditunjukkan dengan keberadaan jembatan Akashi Kaikyo (1998) dengan bentang 1991 m dengan tinggi stiffening truss girder mencapai 14 m.
Akashi Bridge
Akashi Kaikyo Bridge (1998) L=1991 m Japan
**Teknologi Generasi Kedua**
Untuk mendapatkan bentang yang panjang dan sekaligus ekonomis dalam pemakaian material, maka jelaslah bahwa jembatan harus didesain mengacu hal-hal berikut :
  • beban mati harus seminimum mungkin yaitu dengan menerapkan konfigurasi deck yang ringan.
  • pengaruh angin dalam bentuk drag (gaya angkat/apung), buffeting danvortex shedding harus dibikin seminimum mungkin dengan mengadopsi bentuk yang aerodinamis dan mengabaikan ketinggian atau pengaku rangka girder yang berat.
  • sensitivitas terhadap flutter harud dibikin seminimum juga dengan mengenalkan konfiguras deck yang bersama-sama dengan konfigurasi geometri kabel memberikan efek pengkaku torsi.
Sebagai jawabannya maka konsep jembatan generasi ke-2 diperkenalkan memakai deck single closed-box yang terdiri dari baja panel pengaku. Berat sendiri deck cukup kecil dan memberikan penampang yang aerodinamis, juga memberikan tahanan drag yang kecil, juga buffeting dan vortex shedding. Penampang box tertutup bersama-sama dengan konfigurasi kabel memberikan kekakuan torsi yang baik sehingga menghasilkan sensitivitas rendah terhadap bahaya flutter, artinya tahanan kritis pada kecepatan angin yang cukup tinggi.
Perilaku gempa pada generasi ke-2 pada deck nggak terlalu tinggi karena relatif flesibel dan hanya berpengaruh pada pilon yang relatif kaku.
Jembatan yang termasuk generasi ke-2 adalah jembatan Severn Birdge (1966) dengan bentang 988 m dan ketebalan deck 3.05 m dan Humber Bridge (1981) dengan betang 1410 m dengan ketinggian deck 3.82 m.
Untuk mendapatkan bentang yang lebih panjang, maka penampang box perlu lebih tinggi untuk mendapatkan cukup kekakuan dan hal tersebut bertentangang dengan prinsip pengurangan berat sendiri dan pengaruh angin. Hal tersebut yang menyebabkan bentang jembatan kesulitan mencapai bentang lebih dari 2000 m. Jembatan Great Belt-Eastern Bridge (1988) dengan bentang 1624 m dan ketinggian deck 4.35 m mewakili generasi kedua jembatan gantung yang mendekati batas bentang yang memungkinkan dilaksanakan.
Great Belt-Easter Bridge Denmark
Great Belt Eastern Bridge (1988) L=1624 m Denmark
**Teknologi Generasi Ketiga**
Untuk mendapatkan bentang jembatan > 2000 m maka perlu dikembangkan sistem baru dalam perencanaan jembatan. Jika yang sebelumnya adalah teknologi generasi ke-2 maka perlu dikembangkan konsep perencanaan generasi ke-3. Berat sendiri dipertahankan tetap ringan memakai sistem box rendah. Untuk menghasilkan kekakuan torsi yang tinggi maka beberapa box dijajarkan. Setiap box tunggal mempunyai perilaku aerodinamis yang cukup baik sehingga masalah dragbuffeting dan vortex shedding dapat diminimalis. Kekakuaan torsi yang mencukupi juga menghasilkan sensivitas rendah terhadap flutter sehingga mempunyai ketahanan terhadap kecepatan angin yang cukup tinggi.
Karena bentang jembatan yang sangat panjang maka pilon jembatan juga semakin tinggi dan langsing, yaitu untuk mempertahankan bentang kabel. Karena pilon yang langsing juga deck yang lentur maka beban gempa yang diserap kecil, bahkan menurut Prof. Wiratman karena kelenturan pilon maka efeknya seperti base-isolation untuk mencegah perambatan getaran gempa dengan demikian pada saat gempa, deck akan tetap stabil.
Sebagai pembanding jembatan generasi ke tiga adalah jembatan selat Messina di Itali yang memang pada saat ide ini dilontarkan (1997) sedang dalam tahap perencanaan.
Karena jembatan Messina di tahun 2006 dibatalkan dilaksanakan maka sampai saat ini belum ada jembatan generasi ke-3 yang dibangun.
Sedangkan jembatan bentang terpanjang saat ini adalah jembatan Akshi Kaikyo (1991 m), jembatan gantung dengan teknologi generasi pertama.

Penampang deck jembatan gantung
(a) Akashi Kaikyo Bridge (1998), first generation bridges
(b) Great Belt-East Bridge (1988), second generation bridges
(c) Messina Strait Bridge (?), third generation bridges
Perkembangan Jembatan Bentang Panjang di Indonesia
1996 Membramo (235 m) 1st generation
1997 Barito (240 m) 1st generation
1998 Mahakam II (270 m) 1st generation
1998 Batam-Tonton (350 m)  2nd generation cable-stayed
(?) Bali Strait 2100 m 3rd generation
(?) Sunda Strait > 3000 m 3rd generation

Usulan Prof. Wiratman W. (1997)

Alignment jembatan ditentukan sedemikian sebagai hasil feasibility study untuk mendapat harga yang paling ekonomis antara bentang dan kedalaman pondasi jembatan.
Tahun 1992 Prof. Wiratman menyelidiki tiga alternatif bentang jembatan dan menemukan bahwa kombinasi dua jembatan gantung (generasi ketiga) dengan bentang tengah 3500 m memberikan biaya yang paling ekonomis. Alignment yang dimaksud adalah
P. Jawa – P. Ular : viaduct 3 km
P. Ular – P. Sangiang : 7.8 km jembatan gantung
P. Sangiang : 5 km jalan dan rel kereta api
P. Sangiang – P. Prajurit : 7.6 km jembatan gantung
P. Prajurit : 1 km jalan dan rel kereta api
P. Prajurit – P. Sumatera : viadut 3 km

Tampak Samping Jembatan Gantung Selat Sunda (Wiratman 1997)
Setelah beberapa waktu berlalu, banyak orang yang mempelajari usulan prof. Wiratman dan akhirnya dalam suatu seminar di tahun 2003 ada usulan baru sbb.

Usulan Dr. Jodi Firmansyah (2003)

Dr. Jodi memberi alternatif jembatan selat Sunda yang sedikit berbeda, relatif konservatif berdasarkan jembatan yang pernah dibangun di Indonesia  dan yang menarik adalah harganya yang sangat murah.
Seperti biasa, di Indonesia kalau ada barang murah, wah pasti heboh. Apalagi di discount. :)
Tapi mempelajari makalahnya ada catatan penting. Bahwa itu semua dapat dilaksanakan jika pelaksanaan pilon di atas laut dalam dan yang mempunyaiarus deras dapat dilaksanakan.
Padahal dari pengalaman sebelumnya, di dunia ini belum ada yang pernah membangun pilar dengan kedalaman yang kira-kira sama untuk jembatan selat Sunda ini. Dalam asumsi ini, manusia (engineer) dapat melakukan sedikitimprovement terhadap teknologi konstruksi laut dalam yang ada. Lha disinilah yang perlu diperhatikan. Apakah harga yang ditawarkan (yang lebih murah tersebut) dapat meng-cover ketidak-pastian biaya konstruksi laut dalam tersebut.
Kemampuan pelaksanaan di atas laut dalam dan berarus kencang, merupakan titik kelemahan usulan Dr. Jodi. Itu juga masih tergantung pihak asing, dalam hal ini menurut pak Jody memberi contoh pihak asing yang dianggap mampu yaituengineer Jepang, yang berhasil membangun jembatan Akashi Kaikyo (1999 m) dan yang sampai sekarang memegang rekor jembatan terpanjang di dunia. Tapi ingat, itupun kedalamannya lebih kecil dibanding yang untuk selat Sunda.
Usulan jembatan dilihat dari sisi Sumatera hingga ke Pulau Sangiang diusulkan menggunakan 3 tipe jembatan, yaitu jembatan Balance Cantilever dengan bentang utama sepanjang 180 m dan kedalaman sea bed sekitar –30 m. (disebut segmen I)
segmen1
Segmen I
Selanjutnya adalah segmen II yaitu terdiri dari jembatan Cancang (Cable Stayed) dengan bentang utama 750 m dan kedalaman sea bed sekitar –40 m, jembatan Gantung (Suspension) dengan bentang utama 2500 m dan kedalaman sea bed sekitar –80 m.
segmen 2
Segmen II
Selanjutnya adalah segmen III, yaitu dari Pulau Sangiang ke Pulau Jawa diusulkan dua buah jembatan Cancang dengan bentang utama 700 m dan kedalaman sea bed sekitar –40 m, jembatan Gantung dengan bentang utama 2500 m dan kedalaman sea bed sekitar –80 m.

Segmen III
Yang terakhir setelah jembatan gantung maka masih diperlukan sekitar 25 buah jembatan Balance Cantilever dengan bentang utama 180 m dan kedalaman sea bed sekitar –40 s.d. –10 m.
segmen 4
Segmen IV
Yah, ternyata setelah melihat kedua usulan sistem jembatan di atas. Ternyata kedua-duanya masih mengandung ketidak-pastian karena ada hal-hal yang baru.
Untuk jembatannya Prof. Wiratman, maka masalah utamanya adalah di struktur atas, yang akan menjadi bentang jembatan terpanjang di dunia, sedangkan untuk Dr. Jodi masalah utamanya adalah konstruksi struktur bawah, pondasi pilon di atas laut dalam berarus kuat yang belum pernah ada sebelumnya untuk kedalaman yang diperlukan.
Sedangkan seperti kita ketahui secara umum bahwa masalah bawah (tanah) masalah ketidak-pastiannya adalah lebih tinggi dari masalah struktur atas. :(
Jadi ?
Baiklah, memang masalah desain dan pelaksanaan jembatan bentang panjang merupakan salah satu masalah yang state of the art di dunia rekayasa teknik sipil. Tidak setiap engineer (apalagi orang biasa) yang mengerti masalah khusus apa saja yang perlu menjadi pertimbangan dan harus dicari solusinya. Tidak banyak juga buku-buku yang membahas masalah tersebut, salah satu buku rujukan bagus untuk memulai belajar tentang jembatan bentang panjang adalah buku berikut:
Niels J. Gimsing.(1997). “Cable Supported Bridges : Concept and Design“, (pages 471), John Wiley & Sons, Chichester
Meskipun hanya buku, tapi di Amazon harganya sampai  $382.50 (3.4 juta rupiah). Mahal sekali ya ! Padahal hanya 471 halaman, coba bandingkan denganbuku karyaku terbaru yang hampir 600 halaman, harganya cuma 82.5 rb doang. Ya, meskipun demikian syukurlah kalau perpustakaan pusat UPH di Lippo Karawaci mempunyainya satu. :D
Bagi yang nggak sempat membaca, ini saya ada beberapa jurnal berkaitan dengan pengaruh angin pada jembatan bentang panjang kiriman dari mas Robby Permata (trim ya), sebagai berikut:
  1. Frederick R. Rutz and Kevin L. Rens. (2007).”Wind Loads for 19th Century Bridges: Design Evolution, Historic Failures, and Modern Preservation“, Journal of Performance of Constructed Facilities, ASCE, V 21/ 2, April 1, 2007  (down-load PDF 758 kb)
  2. Toshio Miyata .(2003). “Historical view of long-span bridge aerodynamics“, Journal of Wind Engineering and Industrial Aerodynamics, Elsevier, 91 (2003) 1393–1410  (down-load PDF 614 kb)
  3. Tony Fitzpatrick et. al. (2001). “Linking London: The Millenium Bridge”, Royal Academy of Engineering (down-load PDF 799 kb)